Untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan pada akhir Desember 2015, Indonesian Youth Projects (IYPs) menginisiasikan forum group discussion untuk membahas tema kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 khususnya peranan pemuda Indonesia. Kali ini, IYPs hadir di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN-V) Jakarta pada tanggal 1 April 2015.
MEA merupakan sistem integrasi ekonomi yang diterapkan oleh negara anggota ASEAN. Integrasi yang dimaksud secara general ialah adanya penerapan pasar bebas dikawasan Asia Tenggara meliputi barang dan jasa. Jadi, fokus MEA bukan hanya soal penghapusan impor dan ekspor barang suatu negara, tapi juga sistem yang menghendaki bebas keluar masuknya tenaga kerja tanpa persyaratan yang mempersulit seseorang untuk bekerja diluar negeri atau orang luar negeri yang ingin bekerja didalam negeri. Maka dari itu, suatu negara harus mampu memiliki daya saing tenaga kerja agar kualitas tenaga kerja tidak kalah saing dengan negara lainya.
Supply sumber daya tenaga kerja yang kali ini menjadi fokus bagi pemuda. Inilah yang dikehendaki oleh para peserta diskusi kaitanya dengan peran pemuda dalam menghadapi MEA 2015. Meskipun secara ekonomi makro pemuda tidak dapat mengoptimalisasi peranya, tapi mereka bisa berperan dalam mempersiapkan kualitas sumber daya tenaga kerja.
Para peserta diskusi sepakat bahwa agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dalam MEA 2015, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapabilitas SDM, yakni tenaga kerja yang mampu meningkatkan karakter pemuda Indonesia dengan standarisasi global. Peningkatan kapabilitas pemuda dipercaya mampu membantu Indonesia agar bisa bersaing dengan tenaga kerja negara ASEAN lainya. Pertanyaanya kemudian adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kapabilitas pemuda?
Yang dipercaya dapat meningkatkan kapabilitas pemuda adalah dengan melibatkan pemuda dalam berbagai kegiatan organisasi atau komunitas yang sesuai dengan passion mereka. Dengan ini, pemuda dapat meningkatkan kualitas leadership skills, management conflict, communication skill, dan lainya sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja. Gerakan yang perlu dilakukan pemuda juga harus bertumpu pada pemberdayaan kapasitas, harapanya pemuda dapat menjadi aktor dalam menyiapkan kualitas SDM Indonesia.
Namun, yang perlu digaris bawahi disini adalah rasa nasionalisme pemuda perlu ditingkatkan. Meskipun secara skill pemuda dapat bersaing secara global, tapi harapanya ia juga memiliki rasa nasionalisme. Karena nasionalisme inilah yang kemudian menjadi perangsang pemuda untuk berkontribusi untuk bangsanya. Nasionalisme ini pula yang pada akhirnya menghantarkan pemuda untuk 'melek politik'. Para peserta diskusi percaya bahwa perlu keterlibatan partisipasi pemuda dalam politik karena keputusan-keputusan ekonomi tidak bisa lepas dari keputusan politik. Pemuda diharapkan mampu mengawasi dan memiliki sikap kritis dalam menanggapi keputusan-keputsan politik yang dilakukan oleh pemerintah.
Terakhir, untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi MEA, pemuda dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Tindakan secara langsung dapat berupa seminar, workshop, atau kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan secara tidak langsung, pemuda juga dapat melakukan sosialisasi dengan media sosial dimana yang kita tahu bahwa sosial media akhir-akhir ini menjadi media yang digemari oleh para masyarakat Indonesia. Kedua tindakan ini diharapkan mampu mengenalkan isu MEA kepada masyarakat dan merangsang mereka untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi MEA pada akhir Desember 2015 ini.
MEA merupakan sistem integrasi ekonomi yang diterapkan oleh negara anggota ASEAN. Integrasi yang dimaksud secara general ialah adanya penerapan pasar bebas dikawasan Asia Tenggara meliputi barang dan jasa. Jadi, fokus MEA bukan hanya soal penghapusan impor dan ekspor barang suatu negara, tapi juga sistem yang menghendaki bebas keluar masuknya tenaga kerja tanpa persyaratan yang mempersulit seseorang untuk bekerja diluar negeri atau orang luar negeri yang ingin bekerja didalam negeri. Maka dari itu, suatu negara harus mampu memiliki daya saing tenaga kerja agar kualitas tenaga kerja tidak kalah saing dengan negara lainya.
Supply sumber daya tenaga kerja yang kali ini menjadi fokus bagi pemuda. Inilah yang dikehendaki oleh para peserta diskusi kaitanya dengan peran pemuda dalam menghadapi MEA 2015. Meskipun secara ekonomi makro pemuda tidak dapat mengoptimalisasi peranya, tapi mereka bisa berperan dalam mempersiapkan kualitas sumber daya tenaga kerja.
Para peserta diskusi sepakat bahwa agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dalam MEA 2015, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapabilitas SDM, yakni tenaga kerja yang mampu meningkatkan karakter pemuda Indonesia dengan standarisasi global. Peningkatan kapabilitas pemuda dipercaya mampu membantu Indonesia agar bisa bersaing dengan tenaga kerja negara ASEAN lainya. Pertanyaanya kemudian adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kapabilitas pemuda?
Yang dipercaya dapat meningkatkan kapabilitas pemuda adalah dengan melibatkan pemuda dalam berbagai kegiatan organisasi atau komunitas yang sesuai dengan passion mereka. Dengan ini, pemuda dapat meningkatkan kualitas leadership skills, management conflict, communication skill, dan lainya sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja. Gerakan yang perlu dilakukan pemuda juga harus bertumpu pada pemberdayaan kapasitas, harapanya pemuda dapat menjadi aktor dalam menyiapkan kualitas SDM Indonesia.
Namun, yang perlu digaris bawahi disini adalah rasa nasionalisme pemuda perlu ditingkatkan. Meskipun secara skill pemuda dapat bersaing secara global, tapi harapanya ia juga memiliki rasa nasionalisme. Karena nasionalisme inilah yang kemudian menjadi perangsang pemuda untuk berkontribusi untuk bangsanya. Nasionalisme ini pula yang pada akhirnya menghantarkan pemuda untuk 'melek politik'. Para peserta diskusi percaya bahwa perlu keterlibatan partisipasi pemuda dalam politik karena keputusan-keputusan ekonomi tidak bisa lepas dari keputusan politik. Pemuda diharapkan mampu mengawasi dan memiliki sikap kritis dalam menanggapi keputusan-keputsan politik yang dilakukan oleh pemerintah.
Terakhir, untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi MEA, pemuda dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Tindakan secara langsung dapat berupa seminar, workshop, atau kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan secara tidak langsung, pemuda juga dapat melakukan sosialisasi dengan media sosial dimana yang kita tahu bahwa sosial media akhir-akhir ini menjadi media yang digemari oleh para masyarakat Indonesia. Kedua tindakan ini diharapkan mampu mengenalkan isu MEA kepada masyarakat dan merangsang mereka untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi MEA pada akhir Desember 2015 ini.